Kali ini saya akan membahas tentang beberapa tradisi pemakaman baik dalam negeri maupun dari luar negri yang sudah membudaya
RITUAL TIWAH
Ritual Tiwah dijadikan objek wisata karena unik dan
khas banyak para wisatawan mancanegara tertarik pada upacara ini yang hanya di
lakukan oleh warga Dayak Kalteng. Tiwah merupakan upacara ritual kematian
tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng),
khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga
Dayak.
Upacara Tiwah adalah upacara kematian yang biasanya
digelar atas seseorang yang telah meninggal dan dikubur sekian lama hingga yang
tersisa dari jenazahnya dipekirakan hanya tinggal tulangnya saja.
Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk
meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga
– dalam Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang
Kuasa. Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalteng juga dimaksudkan oleh masyarakat di
Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi
keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.
Bagi Suku Dayak, sebuah proses kematian perlu
dilanjutkan dengan ritual lanjutan (penyempurnaan) agar tidak mengganggu
kenyamanan dan ketentraman orang yang masih hidup. Selanjutnya, Tiwah juga
berujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga.
Pasca Tiwah, secara adat mereka diperkenakan untuk menentukan pasangan hidup
selanjutnya ataupun tetap memilih untuk tidak menikah lagi.
FAMADIHANA
Famadihana adalah
tradisi pemakaman di Madagaskar. Dikenal sebagai berubahnya tulang. Ritual
ini dilakukan dengan mengeluarkan jasad leluhur berdasarkan silsilah keluarga,
membungkusnya kembali dengan kain suci yang baru, lalu para pelayat berpesta
dengan menari-nari disekitar jasad disertai iringan musik.
Ritual ini merupakan
jenis ritual yang baru ada. Pertama digelar sekitar abad ke-17. Budaya ini
dipengaruhi oleh sistem upacara pemakaman ganda di Asia
Tenggara. Upacara ini didasarkan kepada keyakinan bahwa roh-roh seseorang
yang telah mati akan bergabung ke dunia para leluhur setelah jasad terurai
(dekomposisi). Upacara ini diselenggarakan setiap tujuh tahunan.
Praktek Famadihana kini
banyak menurun karena biaya yang mahal dari kain kafan sutra yang digunakan
untuk melapisi jasad. Upacara ini juga mendapat tentangan dari pihak Evangelis,
meskipun Gereja Katolik menganggap famadihana adalah
murni budaya tanpa
menyinggung masalah religius. Ada seorang Madagaskar yang menerangkan kepada
BBC bahwa Famadihana dilakukan karena itu adalah cara kami untuk
menghormati leluhur, selain itu famadihana merupakan sarana bagi seluruh
keluarga besar untuk berkumpul.
ENDOCANNIBALISME
Mungkin ini ritual kematian
terburuk yang pernah ada pengunjung Endocannibalisme Berasal dari bahasa Yunani
Endo yang berarti "internal" atau "dari dalam" dan
kanibalisme. Endocannibalisme adalah istilah yang menggambarkan praktik makan tubuh orang
mati anggota dari suku atau kelompok sosial.
Praktek ini mungkin memiliki berbagai
tujuan, termasuk upaya untuk menyerap karakteristik dan sifat-sifat almarhum,
keyakinan bahwa dengan makan daging manusia ada regenerasi kehidupan setelah
kematian, serta penggabungan roh orang mati ke dalam kehidupan keturunan, atau
untuk memastikan pemisahan jiwa dari tubuh.
PEMAKAMAN LANGIT
Pemakaman langit adalah
tradisi adat pemakaman di Tibet. Prosesi ini
diawali dengan mendoakan mayat kemudian
membawa mayat ke puncak gunung tempat
dimana banyak burung pemakan bangkai berada. Di
puncak gunung, mayat ditelungkupkan, kemudian disayat-sayat agar mengundang
burung pemakan bangkai datang. Burung-burung tersebut akan memakan seluruh
bagian tubuh mayat.Kadang-kadang bagian tulang juga ditumbuk halus dan dijadikan makanan
bagi burung yang lebih kecil, sepertigagak. Bagian tengkorak kepala juga kadang-kadang
dibawa pulang untuk dijadikan cangkir minuman.
Kondisi geografis di
Tibet yang berbukit dan berbatu membuat sulitnya mencari lahan kuburan ataupun kayu bakar untuk kremasi.Oleh karena itu, cara pemakaman
langit dianggap lebih praktis dibandingkan dengan dikubur ataupun dikremasi.
Puncak gunung tempat
berlangsungnya prosesi ini dipercaya merupakan jalan masuk menuju nirwana.Mayoritas penduduk Tibet merupakan
pemeluk agama Buddha, di mana dalam agama tersebut
dipercaya adanya reinkarnasi. Oleh
karena itu, jasad yang telah meninggal tidak ada artinya lagi dan pada akhirnya
akan kembali ke alam, baik melalui burung pemakan bangkai ataupun diuraikan di
tanah. Dengan demikian, metode ini dipercaya akan lebih mempermudah arwah
orang yang meninggal untuk sampai ke nirwana, karena telah memberikan kemurahan
hati bagi burung pemakan bangkai
MUMI MESIR
Para penganut agama
pagan selalu menyiapkan kehidupan sesudah mati sebaik-baiknya. Mereka membuat
Piramida yang berbentuk lancip ke arah langit, dengan harapan, itu bisa
mengumpulkan energi alam semesta yang memberikan kekuatan abadi bagi jenazah.
Karena mereka yakin, bahwa tubuh yang telah mati itu akan dipakai kembali saat
hidup di alam keabadian. Karenanya, harus dipersiapkan sesempurna mungkin.
Hal ini terjadi
misalnya pada mumifikasi paling terkenal dalam tradisi Mesir kuno. Dilakukan
dengan cara dibalsam dengan tujuan pengawetan tertentu. Orang Mesir percaya
bahwa badan adalah tempat Ka seseorang yang sangat penting dalam masa setelah
hidup.
Itu tadi beberapa upacara pemakaman yang sudah menjadi budaya atau tradisi baik dinegara sendiri maupun luar negeri, beberapa tradisi mungkin bisa membuat kita geleng-geleng kepala ataupun merasa aneh, namun seperti apapun cara pamakaman yang namanya sudah menjadi kebudyaan terkadang memang sulit di cerna ataupun diterima oleh akal sehat kita, namun sebagai orang-orang yang berbudaya ada baiknya kita memaklumi dan menghormatinya.Jika sulit menerimanya tapi tidak ada salahnya untuk kita mengetahuinya, semuanya itu bisa menjadi pengetahuan untuk kita semua, seperti apapun cara pemakamannya yang perlu kita tahu adalah semuanya itu pasti mempunyai maksud suci tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar