BANGSA
A.
Pengertian Bangsa
Istilah
bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian yang berbeda-beda. Bangsa
merupakan terjemahan dari kata ”nation” (dalam bahasa Inggris). Kata nation
bermakna keturunan atau bangsa. Seiring perkembangan zaman, maka pengertian
bangsa juga mengalami perkembangan. Pada awalnya bangsa hanya diartikan
sekelompok orang yang dilahirkan pada tempat yang sama.
Nation
dalam bahasa Indonesia, diistilahkan bangsa, yaitu orang-orang yang bersatu
karena kesamaan keturunan. Sebaliknya, dalam arti bahasa Inggris dapat
dicontohkan seperti wangsa, trah(Jawa), dan marga (Batak),
misalnya wangsa Syailendra, trah Mangkunegara, marga Sembiring. Mereka menjadi
satu bangsa karena berasal dari keturunan yang sama.
Istilah natie (nation)
mulai populer sekitar tahun 1835. Namun, istilah ini sering diperdebatkan dan
dipertanyakan sehingga melahirkan berbagai teori tentang bangsa sebagai berikut.
1. Otto Bauer
Dalam
buku "the Austrians: A Thousand-year Oddessey" karangan Gordon
(1996), Otto Bauer mengatakan bahwa bangsa merupakan sekelompok manusia yang
memiliki persamaan karakter atau perangai yang timbul karena persamaan nasib
dan pengalaman sejarah budaya yang tumbuh dan berkembang bersama dangsa
tersebut.
2. Ernest Renant
Dalam
bukunya yang berjudul "La Reforme Intellectuelle et Morale" (1929),
Ernest Renanat berpendapat bahwa bangs adalah kesatuan jiwa. Jiwa yang
mengandung kehendak untuk bersatu, orang-orang merasa diri satu dan mau
bersatu. Dalam istilah Prancis, bangsa adalah Ledesir d'etre ensemble. Bangsa
dapat terdiri atas ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia, tetapi sebenarnya
merupakan kesatuan jiwa. Apabila semua manusia yang hidup di dalamnya mempunyai
kehendak untuk bersatu maka sudah merupakan satu bangsa.
3. Hans Kohn
Menurut
Hans Kohn dalam bukunya "Nationalism and Liberty: The Swiss Example"
(1966), bangsa diartikan sebagai hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah dan karena
itu selalu bergelombang dan tak pernah membeku. Suatu bangsa merupakan golongan
yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa
memiliki beberbagai faktor obyek tertentu yang membedakannya dengan bangsa
lain. Faktor-faktor itu berupa persamaan keturunan, wilayah, bangsa, adat
istiadat, kesamaan politik, perasaan, dan agama.
4. Jalobsen dan Lipman
Menurut
Jalobsen dan Lipman dalam buku "Politics: Individual and State" karya
Robert Wesson (1998), bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan
satu kesatuan politik (political unity). Dari beberapa pengertian bangsa oleh
beberapa orang ahli yang satu dengan lainnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh
sudut padnang mereka yang berbeda pula.
5. Lothrop Stoddard
Bangsa,
nation, natie adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah orang yang
cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu bangsa. Ia merupakan suatu perasaan
memiliki secara bersama sebagai suatu bangsa.
6. Ir. Soekarno
Bangsa
adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mempunyai keinginan bersatu, le
desir d’etre ensemble (keinginan untuk hidup bersama), keras ia mempunyai character
gemeinschaft(persamaan nasib/karakter), persamaan watak, tetapi yang hidup di
atas satu wilayah yang nyata satu unit.
Selain
pengertian dari beberapa ahli dan tokoh bangsa di atas, pengertian bangsa juga
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bangsa dalam arti politis dan bangsa dalam
arti sosiologisantropologis.
1. Bangsa dalam Arti Politis
Bangsa
dalam arti politis adalah sekelompok manusia yang memiliki satu paham dan
ideologi yang sama dalam suatu organisasi kekuasaan dalam negara, misalnya
bangsa Indonesia. Mereka diikat oleh satu kesatuan wilayah nasional, hukum, dan
perundang-undangan yang berlaku. Tidak cukup seperti itu, bangsa yang sudah
bernegara, seperti Indonesia perlu menciptakan ikatan-ikatan baru untuk
mempersatukan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Misalnya, bahasa nasional,
lambang negara, dasar dan ideologi negara, semboyan nasional, rasa nasionalisme
dan patriotisme, serta ikatan lain yang sifatnya nasional. Ikatan baru tersebut
menjadi identitas nasional bangsa yang bersangkutan. Identitas nasional
sekaligus berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa.
Selain
itu, bangsa dalam arti politis dapat dikatakan bahwa bangsa sebagai sekelompok
masyarakat dalam satu daerah yang sama dan tunduk kepada kedaulatan negaranya
sebagai satu kekuasaan tertinggi, baik ke dalam maupun ke luar. Jadi, bangsa
dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta patuh
dan taat pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Bangsa dalam arti ini
diikuti oleh suatu kesatuan wilayah nasional, hukum, aturan yang berlaku,
dasar, dan ideologi negara.
2. Bangsa dalam Arti
Sosiologis-Antropologis
Bangsa
dalam pengertian ini dibedakan menjadi dua, yaitu bangsa dalam arti etnis dan
bangsa dalam arti kultural. Bangsa dalam arti etnis merupakan sekelompok
manusia yang memiliki satu keturunan atau ras yang tinggal dalam satu wilayah
tertentu dengan ciri-ciri jasmani yang sama, seperti kesamaan warna kulit dan
bentuk tubuh. Bangsa dalam arti kultural adalah sekelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri khas kebudayaan yang sama, seperti adat istiadat, mata
pencaharian, bahasa, dan unsur-unsur kesamaan budaya.
Jadi,
bangsa dalam arti sosiologis-antropologis merupakan sekelompok manusia yang
hidup bersama dan diikat oleh ikatan seperti kesatuan ras, tradisi, sejarah,
adat istiadat, bahasa, agama dan kepercayaan, serta daerah.
B. Terbentuknya Bangsa
Ditarik
dari pengertian di atas, pengertian bangsa bisa disimpulkan merujuk kepada
sekolompok manusia yang memiliki kesamaan satu sama lain baik dari segi
keturunan, tradisi, adat istiadat, agama dan lain-lain. Ada atau tidaknya
bangsa tidak terlepas dari ada dan tidaknya mansuia di dalamnya. Dalam
menjalani kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan dan bergantung pada manusia
lainnya. Seseorang tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian.
Karena saling membutuhkan, manusia wajib melakukan sosialisasi dengan manusia
lain. Manusia yang satu akan bergabung dengan manusia lain dan membentuk
kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup dan mencapai tujuannya.
Naluri
manusia guna selalu hidup beserta orang lain disebut gregariousness. Oleh
karena itu, manusia juga disebut sebagai social animal (hewan sosial) atau
hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama (Soerjono Soekanto,
1986). Naluri tersebut tergambarkan dari hasrat manusia untuk selalu menjadi
satu (berkelompok) dengan manusia lain dalam suatu masyarakat.
Aristoteles
(384–322 SM), seorang filsuf (ahli pikir) bangsa Yunani kuno berpendapat bahwa
pada hakikatnya manusia ialah zoon politicon, artinya makhluk yang selalu hidup
bermasyarakat. Adapun Ibnu Khaldun (1332– 1406) berpendapat bahwa hidup
bermasyarakat ialah merupakan keharusan (wajib) bagi manusia. Manusia tidak
dapat hidup tanpa orang lain dalam mencapai tujuan (dalam G.N. Asiyeh dan I.M.
Oweiss: 1988). Pendapat Aristoteles dan Ibnu Khaldun tersebut memunculkan
pemahaman bahwa manusia ialah makhluk sosial. Kemampuan manusia mengembangkan
diri sendiri sebagai makhluk individu hanya dipunyai manusia karena ia berada
dalam sebuah masyarakat.
Secara
realitas, seorang manusai itu hidup bersama dalam berbagai kelompok yang
beragam latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu
berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kesatuan
sosial yang disebut masyarakat (community) dan bangsa.
C.
Unsur-unsur Pembentuk Bangsa
Benedict
Anderson mengartikan bangsa sebagai komunitas politik yang dibayangkan dalam
wilayah yang jelas batasnya serta berdaulat. Ada tiga unsur pokok dari
pengertian itu.
1.
Komunitas politik yang dibayangkan
Suatu
bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan karena pada anggota dari
bangsa yang paling kecil sekalipun tidak saling kenal. Meskipun demikian, para
anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan
setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan banyak anggotanya rela
mati bagi komunitas yang dibayangkan itu.
2.
Mempunyai batas wilayah yang jelas
Bangsa
dibayangkan sebagai sesuatu yang pada hakikatnya bersifat terbatas.
Bangsa-bangsa yang paling besar sekalipun dengan penduduk ratusan juta jiwa
mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Di luar perbatasan itu akan ditemui
wilayah bangsa-bangsa yang lain. Tidak satu bangsa pun membayangkan dirinya
meliputi semua umat manusia di bumi.
3.
Berdaulat
Bangsa
dibayangkan sebagai berdaulat. Ini karena sebuah bangsa berada di bawah suatu
negara yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah serta bangsa tersebut.
Berdasarkan
unsur-unsur di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekelompok manusia yang
berada dalam suatu wilayah tertentu yang mempunyai karakter, identitas, atau
budaya yang khas, serta bersatu dapat disebut bangsa. Di samping itu, suatu
bangsa tunduk pada aturan tertentu karena persamaan nasib, tujuan, dan
cita-cita. Jadi, unsur-unsur suatu bangsa dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Ada
sekelompok manusia yang mempunyai kemauan untuk bersatu.
b. Berada
dalam suatu wilayah tertentu.
c. Ada
kehendak untuk membentuk atau berada di bawah pemerintahan yang dibuatnya
sendiri.
d. Secara
psikologis merasa senasib, sepenanggungan, setujuan, serta secitacita.
e.
Ada kesamaan karakter, identitas,
budaya, bahasa, dan lain-lain sehingga dapat dibedakan dengan bangsa lainnya.
Definisi Bangsa Indonesia
Indonesia
merupakan salah satu contoh bangsa yang dapat dikatakan cukup besar. Bangsa
Indonesia terdiri dari beragam suku dan budaya. Walaupun berbeda-beda suku
tetap saja disebut bangsa karena memiliki persamaan sejarah dan cita-cita yang
sama. Jika diartikan, pengertian bangsa adalah sekelompok manusia
yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah dan cita-cita yang mana
mereka terikat di dalam satu tanah air. Dengan memiliki keinginan atau hasrat
untuk bersatu dengan didorong oleh kesamaan sejarah dan cita-cita maka
terbentuklah bangsa dari rakyat
.
Setidaknya ada beberapa pengertian yang dapat kita gunakan untuk mempermudah pemahaman kita tentang pengertian bangsa yang disampaikan oleh para ahli. Beberapa diantaranya seperti Suryono Sukanto, F. Ratzel, Hans Kohn, dan Otto Bauer.
Setidaknya ada beberapa pengertian yang dapat kita gunakan untuk mempermudah pemahaman kita tentang pengertian bangsa yang disampaikan oleh para ahli. Beberapa diantaranya seperti Suryono Sukanto, F. Ratzel, Hans Kohn, dan Otto Bauer.
0 komentar:
Posting Komentar